Privasi dan Keamanan Smartphone
Privasi dan keamanan merupakan dua hal yang berbeda. Di era digital dengan persebaran informasi yang serba cepat, keamanan perangkat yang kita gunakan untuk menyimpan data pribadi merupakan prioritas. Namun, apakah menggunakan perangkat yang aman saja sudah cukup?
Handphone yang sehari-hari kita gunakan kini hampir semuanya smartphone. Android dari Google dan iOS dari Apple merupakan dua penyedia sistem operasi yang hampir mendominasi smartphone. Di dalamnya, kita menyimpan banyak data pribadi dan profil. Bukan lagi sekedar data pribadi pemilik handphone itu saja, tetapi juga profil saudara, kawan, dan kolega. Mana yang lebih baik diantara keduanya?
Menjaga Privasi
Android menduduki peringkat lebih rendah dibandingkan iOS. Android mempersyaratkan pengguna bersedia profil dan perilakunya dalam menggunakan perangkat Android dikirimkan ke server analtik Google. Google menggunakan data ini secara kolektif untuk targeted advertising dan membangun profil penggunanya. Ini membuat Android lebih bisa menyesuaikan dengan penggunanya dalam hal penyajian konten, tetapi kurang terjaga privasinya bagi pengguna.
Apple cukup vokal dalam komitmennya untuk menjaga privasi pengguna, lebih banyak menyimpan data secara lokal di perangkat pengguna dan mengirim lebih sedikit data ke server Apple.
Keamanan Perangkat
Apple iOS memiliki level keamanan lebih tinggi dibandingkan Google Android. Apple melakukan screening lebih mendalam terhadap setiap aplikasi yang akan disajikan di App Store. Hasil screening ini juga secara mandatory turut menentukan kelayakan sebuah aplikasi ditampilkan di App Store.
Android merupakan sistem yang lebih terbuka. Play Store miliknya menjanjikan kemudahan bagi siapapun pengembang untuk menampilkan aplikasinya di Play Store less screening. Hal ini mengakibatkan mudahnya pengembang menginjeksikan malware dalam aplikasi. Beberapa bulan lalu Google menghapus 145 aplikasi dari Play Store setelah menerima laporan dari sebuah perusahaan keamanan siber adanya aplikasi di Play Store yang mengandung malware dan mengambil data pengguna.
Security Update
Lagi-lagi Android lemah dalam kontrol terhadap update software, termasuk menjadikannya lebih jarang dalam mengirimkan security update terhadap perangkat Android pengguna. Beberapa tahun lalu periset bidang keamanan menemukan bug pada sistem operasi Android yang dapat menyebabkan lebih dari 950 juta penggunanya rawan terhadap serangan hacker.
Sementara, Google meski bisa segera memperbaiki bug kenyataannya tidak memiliki kontrol update terhadap perangkat keluaran produsen smartphone dan perangkat bundling dengan operator seluler. Kondisi ini menjadi sulit bagi Google untuk mengirimkan security update atau pembaruan sistem operasi Android. Pengguna Android sangat tergantung produsen atau operator untuk urusan security update.
Apakah menggunakan sistem yang aman saja sudah cukup?
Tentu saja tegas jawabannya, TIDAK. Pengguna tetap memiliki tanggungjawab menjaga data pribadinya dan harus lebih cerdas dalam menggunakan smartphone.
Mengamankan handphone hanya sebagian aspek. Dalam hal privasi, pengguna sebaiknya lebih memperhatikan lagi aplikasi apa saja yang akan disematkan di smartphone. Pengguna sebaiknya menelisik lebih dalam terhadap kebijakan privasi pembuat aplikasi dan permissionapa saja yang diperlukan oleh aplikasi terhadap data-data di smartphone. Beberapa aplikasi meski tidak relevan terkadang masih meminta persetujuan untuk membaca kontak, membaca SMS, dan menggunakan data GPS. Berhatikan dan pertimbangkan betul dampaknya apabila akan memberikan akses oleh aplikasi.
Memiliki smartphone yang lebih aman tidak serta merta membuat kita terbebas dari pencurian data pribadi. Kejadian Facebook dengan Cambridge Analytica merupakan contoh serius bahwa sekali kita membuka akses penyedia aplikasi terhadap data pribadi kita, kita tidak bisa mengontrol lagi ke mana data itu akan tersebar.
Gunakanlah perangkat yang lebih aman, tapi pada akhirnya kita juga tetap harus mencegah data pribadi kita yang tidak ingin kita sebarkan supaya tidak diakses oleh aplikasi yang tidak kita inginkan. Sekali lepas, kita kehilangan kendali.