Etika di Whatsapp Group
Barangkali hampir semua pengguna gawai canggih memiliki akun WhatsApp. Untuk menjalin komunikasi, Itu jelas. Pernahkah anda merasa terganggu karena notifikasi yang tang-ting-tung hampir setiap saat dari group WhatsApp yang anda buat atau anda ikuti? Berapa sih jumlah group yang anda ikuti di WhatsApp? Nah, bagaimana supaya merasa tidak terganggu dan tidak mengganggu sesama “penghuni” group?
Merasa terganggu pasti pernah lah ya. Aku juga termasuk orang yang kadang dalam saat-saat tertentu merasa terganggu karena saking rame-nya group WhatsApp. Yah, meski sebenernya aku hanya masuk di 12 group WhatsApp. Dari 12 group itu, dua diantaranya aku menjadi admin group dan 10 group lainnya diluar penguasaanku.
Perlakuan paling gampang dan hampir tidak membawa efek kurang baik ketika merasa terganggu dengan ramenya group WhatsApp adalah dengan MUTE. Ya, matikan notifikasi untuk group-group tertentu. Apabila masih kurang nyaman, tak ada salahnya keluar dari group. Sungkan? Ya tentu perasaan itu akan ada. Tapi keluarlah baik-baik, jangan meninggalkan jejak buruk di dalam group. Jadilah anggota group yang baik. Aku memiliki beberapa “aturan” untuk diriku sendiri ketika ada di dalam sebuah group.
Kenali seisi anggota group
Perlahan, kenali satu persatu anggota group sampai pada tingkatan karakternya. Jangan sungkan untuk menjadi anggota group pasif (silent reader) terlebih dahulu. Tak semua orang bisa diajak bercanda sampai level tertentu, terlebih kadang ada perbedaan umur yang signifikan antar anggotanya menyebabkan level guyonan juga berbeda. Mungkin bagi kebanyakan anggota group guyonan pada level tertentu adalah biasa, tapi bisa jadi ada sedikit anggota group yang menganggap guyonan itu sudah kelewatan dan melanggar marwah (pakai bahasa setil-nya anggota dewan).
Hargai privasi orang lain
Memposting foto orang lain yang memalukan di group adalah tindakan tidak terpuji. Jadi hindari memposting gambar atau capture status orang lain yang dirasa memalukan atau mengganggu privasi di group, terlebih orang tersebut ada di dalam group yang sama. Setiap individu di dalam group akan terusik ketika dilanggar privasinya. Paling tidak, jangan sampai benar-benar terekspos identitas yang ada di dalam gambar kalau memang hanya untuk sekedar joke. Gampangnya aplikasi WhatsApp yang bisa copy-paste atau forward membuat persebaran konten menjadi tak terkendali. Kita tak pernah tahu kemana saja konten yang kita post di WhatsApp tersebar.
Hargai waktu berkualitas orang lain
Maksudku tentu saja ada momen-momen tertentu yang orang lain mengharapkan ketenangan, sebut saja waktu beristirahat malam. Perkirakan saja zona waktu dari kebanyakan anggota group. Buat batasan kira-kira pukul berapa kebanyakan orang istirahat tidur malam. Aku mengusahakan untuk tidak posting di group antara pukul 22.00 sampai dengan pukul 08.00. Beberapa group yang kuikuti berisi orang-orang lintas zona waktu. Ada yang ketika ditempatku sudah menjelang siang, di tempat lain masih malam dinihari. Ambil saja mayoritas orang yang ada di group ada di zonasi waktu yang mana.
Posting sesuai tema
Beberapa group WhatsApp dibuat untuk tujuan tertentu atau tema tertentu. Misal group teman-teman SMA, teman-teman Kuliah, group Komunitas Blogger, group untuk persiapan acara tertentu, dan masih banyak lagi. Usahakan apa yang dibicarakan sesuai dengan tema atau tujuan tersebut. Kalaupun ada joke atau candaan, jangan sampai mendominasi konten sehingga mengurangi marwah group (halah… maneh). Jangan juga posting promosi produk kosmetik dan pembesar nganu di group yang bukan peruntukannya (#mdrcct).
Jangan sungkan untuk keluar dari group
Apabila memang sudah merasa terganggu, setiap anggota grup boleh saja keluar dari group. Keluarlah baik-baik, bisa jadi keluarnya njenengan dari group menjadi bahan introspeksi bagi seluruh anggota group mengenai “kenyamanan” di dalam group. Keluar dari group bukan berarti tidak menghargai orang yang telah mengundang atau seisi group.
Sementara ketika aku menjadi admin group, beberapa aturan yang aku pakai antara lain dalam hal mengundang seseorang untuk menjadi anggota group.
Usahakan mengundang secara personal terlebih dahulu
Ya benar, japri dulu baru kemudian benar-benar add to group. Sebenarnya aturan ini baru saja aku mulai. Kepikiran demikian karena kadang ketika aku masuk di grup tertentu aku tidak begitu mengenal satu persatu anggota grup sehingga harus kepo cek satu persatu foto profil, nomor ponsel, dan nama (opo maneh yen ayu banget). Nah, ternyata tak semua orang nyaman dikepoin dengan cara-cara demikian. Jadi sebelum memasukkan seseorang ke dalam group, tak ada salahnya berkomunikasi secara personal (japri) terlebih dahulu. Utarakan dan tanyakan kesediaannya untuk dimasukkan ke dalam group.
Tutup group yang sudah selesai manfaatnya
Ada beberapa group yang dibuat untuk tujuan penyelenggaraan atau keperluan tertentu. Setelah selesai, kadang group berlanjut menjadi ajang silaturahmi sesama anggotanya. Namun, ada juga group yang setelah selesai kemudian tidak aktif sampai berbulan-bulan. Group yang sudah tidak aktif ini yang aku sebut sebagai selesai manfaat. Sebagai admin, utarakan saja rencana penutupan group. Sebelum ditutup, pastikan tak ada lagi anggota group yang tersisa di dalamnya. Apabila group masih aktif tetapi isi percakapan atau tujuan group berbeda, jangan sungkan untuk mengubah nama group.
Terakhir, secara umum (tak hanya di dalam percakapan WhatsApp) selalu junjung tinggi norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misal tidak posting yang menyentuh isu-isu negatif SARA, tidak menyinggung orang lain, tidak mempermalukan orang lain maupun diri sendiri, dan tidak mencemarkan nama baik.