Para Pengikut Yudas Iskariot
Risalah Akhir Tahun 2022
Sepanjang tahun 2022 ini aku mengalami banyak kejadian yang kurasa akan banyak mengubah jalan hidupku di masa depan. Sejak pertengahan tahun sebelumnya (2021), di masa pandemi yang sedang heboh-hebohnya itu, pikiranku tenggelam dalam bait Panji Sastrokartono,
Sugih tanpo bondo
Digdoyo tanpo aji
Nglurug tanpo bolo
Menang tanpo ngasorake
Trimah mawi pasrah
Suwung pamrih tepi ajrih
Langgeng tan ana susah tan ana bungah
Anteng manteng sugeng jeneng
Hingga pada salah satu jeda pemikiran, aku memutuskan untuk hengkang dari ingar-bingar Jakarta dan mencoba peruntungan di ujung Timur Indonesia. Benar saja. Awal tahun 2022 aku mendapatkan kesempatan meninggalkan Jakarta, bermigrasi ke ujung Timur Indonesia setelah 8 tahun berkelana di sektor eksplorasi sumber daya dan sektor teknologi informasi.
Kisah yang lain…
Menyitir kembali apa yang pernah dikisahkan oleh nenek jauh-ku ketika aku masih anak-anak. Aku menyingkat cerita tentang Yudas Iskariot. Yudas Iskariot mendapatkan mandat untuk mengurus apa-apa yang berkaitan dengan keuangan dalam kelompok Yesus. Sayangnya Yudas adalah sosok pengkhianat. Yudas adalah tukang ngemplang, pencuri untuk memuaskan ketamakan diri sendiri.
Yudas sesungguhnya sosok yang piawai. Dalam kehidupan modern, Yudas Iskariot ibarat memiliki kompetensi yang unggul di bidang perdagangan dan keuangan, punya sertifikat keahlian dari sana-sini, dan pandai bicara. Sayang, kepiawaiannya digunakan untuk mengutip uang yang dipercayakan padanya. Kepintarannya berbicara beralih menjadi kepintaran bersilat lidah, keahliannya digunakan untuk markup anggaran, kecerdikannya digunakan untuk memanipulasi catatan arus kas sehingga terlihat WTP.
Ketamakannya sesaat terpuaskan, bisa pamer harta sana-sini.
Namun, hidupnya berakhir dengan mengenaskan. Ia menyesal setelah tahu Yesus akan dihukum mati. Pasalnya, Yudas-lah yang mengkomoditaskan gurunya untuk ditukar dengan 30 keping uang perak. Dalam penyesalannya itu, ia berusaha membagikan harta hasil ngemplang itu, tapi tak satu pun yang mau menerima “duit panas” darinya. Yudas Iskariot menyesal tanpa disertai pertobatan. Ia malah mengikuti keputusasaan dan memilih untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri, menggantungkan diri pada sebatang pohon ciplukan. Hingga kemudian setelah mati tubuhnya membengkak membusuk dan jatuh ke tanah hingga perutnya pecah dan tercecerlah seisi perutnya.
Dalam cerita di buku lain, pada akhirnya entah bagaimana keajaiban itu, Yudas-lah yang ternyata dihukum mati tanpa seorang pun menyadari bahwa yang dihukum adalah dia.
Namun, intinya masih sama. Pengkhianat, orang yang tidak amanah, dan orang yang tamak itu hidupnya berakhir tragis.
—
Oh, ya. Nenek jauh-ku itu, aku hanya tahu nama panggilannya Mbah Jun (俊 dalam tulisan China). Beliau dari lingkar saudara ayahku. Silsilahnya pun aku tidak begitu paham. Dari sekian banyak hal, yang paling aku sukai adalah kisah-kisah yang ia ceritakan sembari aku duduk disampingnya membongkar mainan baru. Cucu kesayangannya yang cantik itu sering mengolok-olokku saat aku mendengarkan kisah dari neneknya,
“Imanmu mosok mung ditukar tamiya, Dik. Sesuk melu aku wae sekolah minguan.”