Kejadiannya Sama Aja
Aku ingat ada dua orang kawanku yang kutemui dalam waktu berbeda menceritakan sebuah kejadian yang sama tetapi citarasa dari ceritanya menjadi berbeda. Aku sengaja meringkas ceritanya supaya tidak menjadi cerita yang terlalu panjang.
Kawan 1:
“Pagi tadi aku melihat kecelakaan di depan kampus deket pintu masuk MIPA. Kebetulan salah satu dosen yang mestinya ngajar kelasku lewat, dia berhenti dan menolong orang yang sudah berdarah-darah dan dibawa ke Sardjito. Jadilah tadi kelasku telat mulainya.”
Kawan 2:
“Pagi tadi aku melihat kecelakan di depan kampus deket pintu masuk MIPA. Puji Tuhan, Tuhan menolong orang yang kecelakaan itu dengan menghadirkan orang baik yang melintas di dekatnya. Orang itu dengan sigap membawanya ke Sardjito.”
Setelah kupikir-pikir, dua kawan saya tadi memang memiliki kebiasaan yang berbeda. Satunya entah beragama atau tidak dan entah taat atau tidak, sementara satunya lagi benar-benar pribadi yang taat pada agamanya. Dalam cerita kawan pertama, dia menceritakan peran individu yang menolong orang kecelakaan. Kawan saya yang kedua, dia tengah menceritakan Tuhannya yang menolong orang kecelakaan tadi melalui tangan penolong.
Dalam prespektif kawan saya yang pertama, peran Tuhan seolah nihil. Seakan ada atau tidak ada peran Tuhan, kejadian yang sama tetap berlangsung.
Dalam prespektif kawan saya yang kedua, Tuhan hadir bagi orang-orang beriman karena orang beriman menghadirkan peran Tuhan dalam hidupnya.
Bagaimana kamu akan menceritakan padaku seandainya kamu melihat kejadian yang sama dengan kawanku tadi?